1. Latar belakang Misi Portugis
dan Spanyol
-
Pada tahun 1493 raja spanyol dan
permaisuri meminta kepada Paus Alexander IV (sbg orang spanyol) agar semua
wilayah yang baru saja ditemukan disebelah barat Eropa diserahkan kepada
kerajaan spanyol. Permohonan itu disetujui oleh Paus. Paus mengambil sebuah
peta lalu menarik garis lurus dari kutub utara ke kutub selatan melalui
Samudera Atlantik. Beliau menyerahkan seluruh kawasan sejauh kira-kira 500
kilometer disebelah barat kepulauan Azores dan tanjung Verde kepada raja
spanyol.
-
Keputusan itu ditentang raja Portugal,
terutama dalam kaitan dengan Brasil, yg dikuasai portugal, sesudah terjadi
tawar-menawar akhirnya terjadilah suatu kompromi yang ditetapkan dalam
perjanjian ‘Tordesillas’ pada tahun
1494 dmn dlm perjanjian itu raja Portugal mengakui hak raja Spanyol disemua
wilayah yg letaknya disebelah barat Eropa, akan tetapi ‘garis Alexander’ digeser sedikit kebarat ke garis 370 mil dari
Tanjung Verde, sehingga brasil tetap milik portugal.
-
Wewenang tertinggi yang diberikan paus kepada raja
Spanyol dan raja Portugal disebut ‘hak
Pedroado’.
-
Hak Pedroado adalah
wewenang tertinggi yang diberikan uskup Roma kepada Raja Spanyol dan Portugal,
masing-masing atas bagian bumi yang telah ditentukan dalam perjanjian
Alexander.
-
Dalam garis besarnya hak Pedroado tersebut mewajibkan kedua
raja tersebut bersangkutan untuk:
1. Menyebarkan agama Kristiani
2. Menanggung para misionaris baik secara
material maupun finansial.
3. Menunjuk calon uskup yang akan diangkat
oleh Paus.
-
Jika lebih diperinci lagi, maka hak Pedroado menyangkut kewajiban
berikut ini:
1.
Merawat serta memperbaiki gedung
seperti gereja, kapela, biara dan tempat gerejani lainnya.
2.
Menyediakan segala keperluan lembaga
gerejani beserta segala kebutuhan untuk kebaktian.
3.
Memberi nafkah kepada semua petugas
gerejani baik rohaniwan maupun awam.
4.
Membangun gedung gereja yang baru
seperlunya.
5.
Mengangkat rohaniwan secukupnya guna
pelaksanaan segala tugas pelayanan yang suci.
2. Situasi Gereja:
Jaman
VOC
-
Pada abad pertengahan urusan politik
dan perdagangan tak terpisahkan dr agama. Di Indonesia niaga sekaligus
merupakan jalan perambatan agama-agama. Pada abad ke-17 Tuhan yang Maha Tinggi
sering dijadikan Dewa (alasan) pelindung perniagaan,- selama Ia berguna.
-
Sejak Permulaan abad ke-17, VOC mulai
merebut pengawasan atas perairan Nusantara. Compagnie atau serikat Niaga itu
bertindak seakan-akan memiliki kedaulatan : mengurus hukum, perjanjian
Internasional dengan raja dan sultan, malaksanakan perang dan mencetak uang dan
di bidang agama VOC menganggap dirinya berwenang untuk “melarang” dan
“mengijinkan” segala aktivitas keagamaan sesuai dengan keuntungan perdagangan.
-
Karena saingan serta musuh utamanya
adalah portugis dan spanyol, dua negara Katolik, maka VOC yg dikontrol oleh
saudagar-saudagar belanda yg beragama
Protestan, melarang segala bentuk ibadah dan pelajaran agama katolik. Para Imam
yg sudah bekerja di wilayah-wilayah yang direbut VOC itu diusir, yang baru
masuk diancam akan dipenjarakan bahkan dihukum mati. Orang-orang Katolik Belanda
tidak diijinkan beribadat bersama atau menjabat posisi-posisi yang tinggi.
-
Kekalahan dan pengusiran orang portugis
menimbulkan kegelisahan dikalangan umat katolik pribumi: mereka takut akan
tindakan VOC dan sultan-sultan Islam. Ketakutan itu memang beralasan: pegawai
VOC dimana-mana mematikan karya-karya misi dan banyak sekali Orang Katolik
pribumi mencurahkan darah akibat serangan-serangan kejam dari sultan-sultan.
Jaman Penjajahan Belanda
Perjuangan demi
kebebasan agama
-
Permulaan abad ke-19 VOC dibubarkan dan
pemerintahan Hindia-Belanda akhirnya mengakui kebebasan beragama. Latar
belakangnya adl UU baru yg dikeluarkan akibat Revolusi Perancis. Keadaan baru itu menimbulkan harapan besar akan
perbaikan nasib umat Katolik yg sebelumnya mngalami penganiayaan.
-
Pembangunan mengalami banyak halangan:
halangan terbesar adalah kecilnya jumlah imam selain itu “kebebasan beragama”
yg baru itu belum berarti kebebasan
penuh krn pemerintah sangat kuat. Pemerintah menggaji beberapa imam; shg
menganggap dirinya berwenang untuk mengangkat, memindahkan dan menghentikan
para imam, seakan-akan mereka pegawai pemerintah belaka. Keadaan itu tidak
sehat dan menimbulkan clash.
-
Pada Tahun 1808 dua imam Praja tiba
dijakarta dengan ijin pemerintah yaitu Pastor Nelissen dan Pastor Prinzen
Akhir th 1808 pastor
Prinzen membuka paroki disemarang, dua tahun kemudian di Surabaya. Namun pemerintah
hindia belanda mengawasi setiap tindakan gereja.
-
Pada tahun 1830 kebebasan beragama dan
beribadat dijamin oleh pemerintah, “asal pelaksanaannya tidak mengancam
ketenangan dan ketertiban umum”.
-
Clash
pertama: Pastor J.H. Scholten (sbg Prefek Aspotolik) dan pejabat gubernur I.C.
Baud. Pastor Scolten tidak setuju dan
memang menurut hukum gereja, tak boleh membiarkan bahwa orang katolik menjadi
anggota perkumpulan FREEMASONRY dan melakukan perkawinan campur tanpa memenuhi
syarat-syarat yg di tentukan oleh Gereja. Pastor Scholten yg menggugat
Gubernur dibuang dari wilayah Hindia Belanda
-
Untuk mencari sebuah keputusan damai,
maka pastor Scholten berangkat ke Roma dan Belanda. Hasil pembicaraan adalah PERSEKATAN antara paus dan Raja Belanda, bahwa
daerah Indonesia dilepaskan dari Gereja
di Belanda dan mendapat Kepala tersendiri y,i. Vikaris Apostolik J. Grooff.
-
Mgr. Grooff datang dg 3 imam baru yang bekerja
di Jakarta, Semarang, dan Surabaya namun ada imam lama yg berperilaku jelek
(soal sex), maka uskup baru terpaksa menjatuhkan suspensasi (tindakan me-nonaktif-kan atau membebastugaskan).
-
Kebijaksanaan Mgr. Grooff ini ditentang
keras oleh Gubernur, krn hy pemerintah yg berhak mengangkat dan membebas
tugaskan para imam. Uskup berpegang teguh pada prinsip, bahwa uskuplah yg
memiliki wewenang itu dan sama sekali bukan Gubernur. Mgr. Grooff dicap anti
kolonial (Mgr. Grooff mmg bermaksud membebaskan Grj dr pgruh pemerintah). Pada
bulan Januari 1846 Mgr. grooff dilarang melaksanakan tugasnya sebagai uskup dan
memerintahkan untuk meninggalkan hindia-Belanda bersama dengan empat imamnya
yang setia itu dalam waktu dua minggu.
-
Akibatnya: diseluruh Pulau Jawa tak ada
seorang imampun lagi yg bekerja dgn sah.
-
Perjuangan Mrg. Grooff tidak sia-sia:
pd tahun 1847 tercapai kesepakatan resmi antara Paus dan Pemerintah belanda yg
pada pokoknya berisi:
1)
Para
imam diangkat oleh uskup, yg sebelumnya dirundingkan dahulu
dengan Gubernur, apakah orang yg bersangkutan itu berbahaya untuk “ketenangan
dan ketertiban” setempat atau tidak, dan mendapat gaji dari pemerintah
2)
Uskuplah yg mengontrol keuangan Gereja.
-
Sejak waktu ini Gereja Katolik di Indonesia
terpisah dan bebas dari pemerintah secara administratif. Gereja berdaulat untuk
mengatur organisasi dan kebijaksanaannya menurut kehendaknya sendiri. Hanya
beberapa usaha diberikan subsidi oleh pemerintah. Atas kebebasan yang kokoh itu
berlangsunglah perkembangan selanjutnya.
Rangkuman
•
Situasi Gereja pada masa penjajahan
VOC.
Ø VOC
melarang semua bentuk ibadat dalam pelayanan agama Katolik.
Ø Para
imam yang bekerja diwilayah yang direbut VOC diusir, dan yg baru masuk diancam
dipenjara atau dihukum mati.
Ø Orang-orang
Katolik belanda tidak diijinkan beribadat bersama dan menempati posisi jabatan
yg tinggi.
•
Instruksi kebebasan beragama
dikeluarkan oleh Raja Louis dari Perancis, yg diberlakukan untuk perancis.
Daerah kekuasaan Perancis dan semua daerah jajahan. Pada waktu itu belanda
dijajah Perancis. Kebebasan beragama juga diterapkan di Indonesia karena
Indonesia adalah jajahan Belanda. diIndonesia kebebasan beragama ini dijalankan
oleh Gubernur Jendral H.W. Daendels (1808-1811)
•
Setelah Gereja Katolik mendapatkan
kebebasannya untuk bergerak, maka gereja mulai menambah tenaga dengan para
misionaris yang bersemangat. Gereja kini mulai merintis jalan untuk membawa
warta gembira kesegenap penjuru Nusantara, yg sudah sekian abad terlantar.
•
Halangan yg dihadapi gereja a.l. :
Ø Rasa
Irihati dari golongan lain.
Ø Sifat
acuh tak acuh banyak org katolik statistik dari bangsa Eropa dan Indonesia,
terutama golongan Atas.
Ø Pemerintah
lebih mengutamakan kepentingan dagang dan usaha, sehingga sering menghalangi
kemajuan gereja dalam bidang agama, pendidikan dan sosial.
3) Katolik di Jawa
Rm.
Van Lith-Siapa?
-
Franciscus
Georgius Josephus Van Lith atau
seringkali disingkat sebagai Frans van Lith (lahir 17 Mei 1863 – meninggal 9 Januari 1926 pada umur 62 tahun) adalah seorang imam Yesuit asal Oirschot, Belanda yang meletakkan dasar karya Katolik di Jawa, khususnya Jawa Tengah.
-
Ia membaptis orang-orang Jawa pertama di Sendangsono, mendirikan sekolah guru di Muntilan, memperjuangkan status pendidikan orang pribumi dalam masa pendudukan kolonial Belanda dan menyelaraskan agama dengan tradisi Jawa sehingga bisa diterima oleh
masyarakat Jawa dan bahkan sekarang di Jawa Timur mapun Jateng agama
katolik diterima org Tionghoa dan jawa.
-
Van Lith tiba untuk pertama kalinya di Semarang tahun 1896 kemudian belajar budaya dan adat Jawa. Selesai pembekalan, ia ditempatkan di Muntilan sejak 1897. Ia menetap di Desa Semampir di pinggir Kali Lamat.
-
Pada 14 Desember 1904 Van Lith membaptis 171 orang desa dari daerah Kalibawang di Sendangsono, Kulon Progo. Peristiwa ini dipandang sebagai lahirnya Gereja di antara orang Jawa dimana 171 orang menjadi pribumi pertama yang memeluk Katolik. Lokasi
pembaptisan ini yang sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Karya2
Rm Van Lith
Pendidikan untuk pribumi
-
Di Semampir ia mendirikan sebuah bangunan gereja dan sebuah
sekolah desa yg mulai dari Normaalschool pada tahun 1900, sekolah guru berbahasa Belanda atau Kweekschool tahun 1904 dan kemudian pendidikan guru-guru kepala pada tahun 1906. Sekolah guru untuk penduduk pribumi Jawa ini bisa dimasuki oleh anak Jawa
dari mana pun, dari agama apa pun. Pada tahun 1911 dibuka secara resmi seminari (sekolah calon pastor) pertama di Indonesia
-
Gereja kecil dan sekolah desa Semampir kemudian
berkembang menjadi satu kompleks gedung-gedung yang pada tahun 1911 dinamai
Kolese Franciscus Xaverius. Tahun 1948, kompleks sekolah ini dibakar.
-
Di Klaten Van Lith berusaha mendirikan HIS mskipun mula-mula izin pendirian di Klaten ditolak oleh Asisten Residen (alasan
di Klaten telah berdiri HIS Protestan). Shg Pastur Van Lith mengajukan
permohonan langsung kepada residen Surakarta. Permohonannya dikabulkan,
sehingga pada tahun 1920 HIS Kanisius Klaten didirikan dan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan di rumah penduduk.
-
Van Lith memperjuangkan pendidikan bagi para pribumi.
Ia mengusahakan pengiriman mahasiswa-mahasiswa pribumi ke perguruan tinggi di Belanda dan menganjurkan Yesuit agar mendirikan kolese-kolese untuk pendidikan setara
AMS.
Politik
-
Th 1918 ia diangkat menjadi anggota Komisi Peninjauan
Kenegaraan Hindia Belanda/ Commissie tot Herziening van de Grondslagen der
Staatsinrichting van Nederlandsch-Indië y.i. komisi untuk menata
ketatanegaraan di Hindia Belanda yg di bentuk olh pemerintah hindia Belanda di
Indonesia. Atas kegiatannya di bidang pendidikan Ia ditunjuk menjadi anggota
Dewan Pendidikan Hindia Belanda dan anggota Komisi Peninjauan Kembali
Ketatanegaraan Hindia Belanda.
-
Di lembaga itu Pater Van Lith memperjuangkan
kepentingan pribumi dan ini tidak disukai oleh Belanda. Van Lith kemudian
kembali ke Belanda pada tahun 1920 untuk memulihkan kesehatan dan dihalang-halangi oleh
pemerintah Belanda ketika mau kembali ke Indonesia.
Kembali ke Indonesia
Tahun 1924 ia kembali dan kemudian menetap di Semarang dan mendirikan sekolah HIS dan Standaardschool sambil mengajar para novisiat Yesuit. Van Lith meninggal dunia pada tanggal 17 Mei 1926 di Semarang dan dikebumikan di pemakaman Yesuit di Muntilan.
4) Nasionalisme dan dampak
terhadap Gereja Katolik
Lahirnya Nasionalisme.
Pemikiran baru tentang kebebasan dan
hak asasi manusia semakin menggema. Kesadaran nasionalisme juga muncul
dikalangan bangsa Indonesia. Kesadaran akan nasionalisme memuncak ketika pada
tgl 28 Okt 1928 diadakan konggres pemuda dimana berkumandangkah semboyan ‘satu
nusa, satu bangsa, satu bahasa’ yg dicatat sejarah sebagai ‘sumpah pemuda’. Pd
tahun 1929 di Surakarta diadakan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI) dimana Sarekat Islam, Budi Utomo dan Persatuan Politik Katolik
Jawa bersatu dibawah pimpinan PNI.
5) Partisipasi orang Katolik dalam
bidang Politik
Kegiatan
politik orang Belanda katolik di jawa
-
Dijawa pt th
1910-1920 org asing yg katolik lebih banyak daripada org jawa. Mereka membentuk
Panitia Katolik sementara utk aksi
katolik àpd tahun 1917 mjdi Persatuan Katolik untuk aksi katolik & àtahun
berikutnya diubah lagi menjadi ‘Indische
Katholieke Partij’ (Partai katolik Hindia) yg mendapat kursi di ‘volksraad’, kursi itu diduduki sorg
tokoh belanda. Sudah lebih dahulu sejumlah org Jawa yg Katolik mjdi anggota
Budi Utomo.
-
Rm. Van Lith jga mjdi
anggota Komisi yg didirikan pemerintah Belanda, dimana Komisi ini bertugas
meninjau kembali azas-azas sistem kenegaraan.
Orang
jawa Katolik mulai berperan
-
Dalam sebuah brosur
Rm. Van Lith meminta dukungan dari org jawa, untuk mencegah tuduhan gereja
katolik memihak penguasa kolonial. Brosur itu menggoyahkan masyarakat belanda.
-
Tahun 1923 org jawa
yg anggota gereja katolik membentuk
persatuan politik mereka sendiri. Mula-mula kursi mereka di volksraad masih
digabung dg kursi Indische Katholieke Partij, tetapi sejak tahun 1925 mereka
mempunyai kursinya sendiri.
-
Th 1931 Ignatius Kasimo mulai mewakili Persatuan Politik Katolik Jawa (PPKJ)
didalam Volksraad dan Tahun 1936 mewakili Parindra, dg mengusulkan sebuah
Konfrensi mengenai rencana Kerja sama indonesia – belanda dlm rangka otonomi
bangsa Indonesia dimasa depan. Tetapi hal itu tidak disetujui oleh wakil
Indische Partij maupun pemerintah. Sebagai reaksi maka pada tahun 1939
terbentuklah Federasi nasional GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) atas prakarsa Parindra mengganti PPPKI. Persatuan Politik Katolik
Jawapun menjadi anggotanya dg memakai nama baru yakni PPKI (Persatuan Politik Katolik Indonesia) sehingga lebih cocok
untuk mencakup anggota yg bukan org jawa.
Orang
Katolik dalam masa penjajahan Jepang
-
Perang dunia II
mengakibatkan perubahan besar dalam percaturan ppolitik. Kekalahan Belanda dari
Jepang menimbulkan kesadaran baru dalam orang Indonesia bhw merekapun sanggup
melawan Belanda.
-
Kedatangan jepang yg
telah membebaskan mereka dari penjajahan Belanda selama kurang lebih 350 tahun.
Ttp kmudian Jepang memperlakukan org Indonesia dg cara yg lebih kejam dari
tawanan Belanda. Salah satu korban
kekejaman Jepang terhadap gereja katolik adalah dg ditembaknya Vikaris
Apostolik Y Aerts bersama lima pastor dan delapan bruder dikepulauan kei,
karena mereka dituduh sbgi mata-mata belanda.
Misionaris
ditawan, pribumi tampil
-
Th 1940, jumlah otg
Katolik di Indonesia sudah lebih sekitar satujuta org, ketika semua misionaris
diinternir olh org Jepang ,gereja katolik diindonesia kehilangan hampir semua
imamnya.
-
Sejak tgl 1 Agustus
1940 Albertus Soegijapranata diangkat sebagai vikaris apostolik semarang
-
untuk sedikit mengisi
kekurangan imam, maka 25 mahasiswa teologi di jawa dan flores ditahbiskan imam
sebelum menamatkan studi mereka.
Gereja di zaman Revolusi
-
Setelah Jepang menyerah kpd sekutu,
maka satu demi satu negara bekas jajahan Jepang di Asia tenggara mulai menerima
atau merebut kemerdekaannya. Gereja Katolik Roma yg dulu berpihak pd
kolonialisme kini mengubah sikapnya
-
Menjelang Proklamasi
kemerdekaan, banyak kelompok masyarakat yg masih menyangsikan sikap
nasionalisme dari org kristen, baik katolik maupun protestan sbgi kaki tangan
pemerintah belanda. Salah satu faktor yg menimbulkan rasa curiga terhadap
jemaat katolik adalah sikap Nederlandse Katolieke Volkspartij (Partai
Rakyat Katolik Belanda) dibelanda yg menentang kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi
kemerdekaan
Peranan Golongan Kristiani
•
Sesudah proklamasi Kemerdekaan, Vikaris
Apostolik Semarang, A. Soegijapranata, menyatakan syukur atas pendirian
Republik Indonesia dan menjanjikan kerjasama yg positif.
•
I. kasimo menjadi anggota Komite
Nasional Indonesia. Beliau mengetuai Partai Katolik yg ikut aktif
mempertahankan Republik & waktu perjanjian Linggarjati I. Kasimo
mengusahakan pencegahan terjadinya konflik bersenjata antara indonesia dg
Belanda. Beberapa kali I kasimo duduk dalam kabinet sbg menteri & mengambil
bagian dlm perang grilya.
•
Agustinus Adisoetjipto yg katolik tewas
dlm pertempuran udara danslamet Riyadi yg tewas sbgi Komandan tentara angkatan
laut di Ambon.
•
Pd waktu Soekarno dipenjara pd akhir
1948 sampai Juli 1949, Uskup Soegijapranata menjaga anak & istri Soekarno.
•
Juga diluar jawa org katolik memainkan
peranan yg penting terutama ditingkat daerah.
•
Dari pihak protestan tokoh yg berperan
penting dlm politik sekitar revolusi adalah; J. Leimena, TB Simatupang. B.
Probowinoto, Sam Ratulangi, AM. Tambunan dsb.
Pendirian hirarki
Indonesia
-
Paus Pius XI sangat menaruh perhatian
besar dlm misionaris untuk pribumi mk dia mentahbiskan 6 uskup dari Cina.
semangat pemribumian gereja katolik inipun menggema dlm gereja katolik di
Indonesia.
-
pd tgl 3 Jan 1961
Uskup Roma mendirikan hirarki Indonesia dg menetapkan enam propinsi gerejani
yakni : Sumatera, Kalimantan, Nusa Tengara, Jawa Barat, Jawa Timur dan Tengah,
serta Sulawesi-Maluku. pd tahun 1966 hirarki didirikan di Irian barat dg Maruke
sebagai Keuskupan agung.
Gereja
dan Orde Baru.
-
pd bulan Maret 1966
Soekarno menyerahkan wewenang sbgi presiden kpd suharto & meninggal pd th
1970. Dlm Konfrensi th 1966 di Girisonta para waligereja katolik di Indonesia
menyatakan mendukung orde baru, ttp di samping itu mengkritik banyaknya
korupsi. salah satu sumbangan jemaat
katolik kpd orde baru adalah karya sosialnya, khususnya tiga ikatan
Pancasilanya yg terbuka untk siapa saja yg mendukung pancasil & ajaran
sosial gereja katolik.
Gereja
kristiani & identitas nasional
-
th 1967 Mgr. Y.
Darmayuwana diangkat menjdi Kardinal Indonesia yg pertama.
-
pengangkatan itu
dilihat sbgi tanda penghargaan Uskup Roma terhadap jemaat katolik melainkan dan
seluruh bgsa Indonesia.
-
sumbangan jemaat
kristiani kpd pembentukan identitas nasional yaitu:
Ø bersatunya segala macam suku bangsa
& golongan masyarakat mjdi satu jemaat atas dasar Injil. Khususnya juga org
Cina untk masuk mjdi anggota sbg cita-cita persatuan nasional.
Ø kritiknya terhadap harapan yg berlebih-lebihan
terhadap orde baru olh para uskup misalnya soal tahanan politik.
Ø persekolahan katolik ikut membangun
bangsa dan negara. D
Ø bidang pers jemaat katolik berjasa dg
beberapa penerbitan yg penting, yakni surat kabar Kompas dsb.
Komentar
Posting Komentar