Dua
BULAN DI BALIK AWAN
bependar-pendar nan jauh di sana
memandangku malu-malu
Bulan mengapa termenung
tersembunyi di balik mendung?
suarakan hatimu
bagi mereka yang menunggu
Dan
inilah jawabanku.
Buuk...
“auuh..” erangku. Aku baru saja mendarat
di lantai. Dan di depanku berdiri sesosok cowok. Beruntung sekali hari ini aku.
Pertemuan dengan adegan mirip di sinetron Indonesia. Buru-buru aku berdiri,
minta maaf dan beranjak pergi sebelum mendengar jawabannya.
Aku
tidak berdiri di depan kelas lagi untuk menemani adik-adik kecil atau
ngoceh-ngoceh di depan mic atau duduk tenang bersama kedua keponakanku. Aku
memulai tema baru dalam hidupku. Pagi ini. Sekarang aku berada di depan sebuah
pintu. Aku harus mengetuk pintu itu kemudian masuk dan duduk di dalamnya.
Hatiku benar-benar bergetar hebat, tanganku tak mampu mengetuk pintu itu
sampai-sampai aku juga mulai merasakan ngilu pada lututku.
Tok.. tok.. tok
Akhirnya berbunyi juga pintu
itu. Tapi bukan aku yang mengetuk.. aku menemui sesosok cowok itu lagi ketika
aku menoleh ke belakang. Dia langsung saja masuk mendahului aku. Perlakuan yang
baik terhadap mahasiswi baru-pikirku. Menyusul di belakangnya, aku mulai masuk
ruangan itu dan langsung duduk di bangku yang kosong. Bagus! Hampir semua
bangku yang berada di deret depan kosong. Inilah bedanya dengan masa SMA. Tidak
ada lagi perkenalan resmi dari guru.. oups! Maksudku tidak ada perkenalan sama
sekali dari dosen. Bahkan aku ragu jika bapak dosen dengan perut besar itu tahu
kalau aku mahasiswa baru.
Hari ini aku mengalami kesulitan
yang luar biasa. Pertama aku langsung di sambut oleh tabrakan sinetronis, dan
yang menabrakku ternyata berada di kelas yang sama denganku. Selanjutnya, bapak
Dosen besar tadi menegurku karena aku terlambat meskipun pada akhirnya beliau menerima
alasanku bahwa aku mahasiswa baru. Beliau langsung menjadi dosen favoritku.
Selama di kelas aku hanya duduk
saja tanpa berani memandang berkeliling untuk mensurvei wajah teman-temanku.
Tempat duduk paling depan tidak mendukungku untuk melakukannya. Tapi aku
mendapat salam selamat datang hampir dari 80% temanku. Mungkin aku akan cocok
dengan Wati dan Steph. Kebetulan kami sama-sama berasal dari Jawa. Aku tidak
membeda-bedakan teman. Dari Sabang sampai Merauke berada di sini. Suatu
kehormatan aku bisa berjumpa mereka semua. Inilah nasib anak pendatang, tidak
berpartisipasi dalam trainning. Mekanisme tempatku kuliah masih mirip dengan
lembaga pendidikan sekolah. Masuk pagi dan istirahat. Heeem ternyata hari
pertama lumayan kok.. hampir sempurna!
Oh ya.. kenapa cowok penabrak
tadi selalu lengket dengan cewek berambut panjang itu ya? Mereka pacaran?
jangan-jangan pengasuhnya Hahaha.. Lintang, biarlah! Dia adalah salah 1 dari
20% teman yang tidak menyapaku. Ehm.. Tuhan met malam. Aku membuka jedela kamar
kostku, kulihat bulan masih bersembunyi di balik awan. Salam ya untuk mereka
yang aku sayang.
Komentar
Posting Komentar