Langsung ke konten utama

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1



  1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mepelajari modul 1.1

  1. Mendidik dan mengajar merupakan hal yang sama. Saya memandang mendidik dan mengajar adalah kegiatan belajar suatu materi atau ilmu baru (bersifat akademis) dan hanya sesuai dengan indikator pembelajaran.

  2. Memandang tujuan pendidikan secara sempit yaitu memberikan ilmu bagi anak (anak menjadi pandai  pelajaran dan keterampilan  pelajaran tersebut), lulus dengan nilai baik, dan melanjutkan ke jenjang berikutnya.

  3. Guru berperan penting dalam pembelajaran (subyek), dan murid adalah obyeknya. Bagi saya, mengajar berarti memberikan ilmu kepada peserta didik. Saya menganggap peserta didik tidak paham jika tidak dijelaskan. Dalam hal ini saya dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

  4. Murid yang pandai adalah yang bisa mengerjakan soal-soal asesmen dan hasilnya di atas KKM.

  5. Bermain sambil belajar saya pahami sebagai hal yang terpisah. Bermain sebagai ice breaking, bukan sebagai sarana belajar materi tertentu. 

  6. Memberikan tugas yang seragam tanpa mempertimbangkan keragaman potensi peserta didik. Seringkali saya menentukan tugas tanpa melihat kemampuan dan minat peserta didik.

  7. Anak dapat diubah ke kodrat yang lebih baik. Sanksi dan hukuman bisa menjadi salah satu sarananya.


  1. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah mempelajari modul 1.1 terutama tentang Filosofi Ki Hadjar Dewantara, membuat saya banyak berefleksi tentang peran saya selama ini sebagai pendidik. Secara signifikan, saya mulai mendapat pemahaman dan pengetahuan baru yang mempengaruhi sikap dan cara berpikir saya. 

Pengajaran ternyata tidak sama dengan pendidikan. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.


Tujuan pendidikan bukanlah sempit pada pengajaran, namun lebih mulia lagi agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ini berarti kedepannya, pendidikan menjadikan anak mandiri dalam hidup sebagai manusia maupun bersama sesamanya dalam masyarakat. Selain itu anak dapat bertahan dalam tantangan pada jamannya.

Tujuan pendidikan utama yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah cara agar pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Sebagai bentuk terolahnya budi pekerti salah satunya dengan metode bermain sambil belajar.





Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Melalui pendidikan, saya dan kita semua berharap bahwa anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik.

Pada dasarnya anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Menurut teori konvergensi, anak lahir seperti sehelai kertas yang bertuliskan suram, pendidikan menebalkan tulisan baik dan jangan sampai watak atau tulisan tidak baik ikut tebal. 

Sebelum pembelajaran dan pada saat setelah membaca Kitab Suci, anak biasanya akan bercerita mengenai pengalamannya (curhat). Di sinilah saya akan memasukkan beberapa nasehat dan juga pendidikan karakter bagi anak.




Kodrat alam dan kodrat zaman menjadi bagian tak terpisahkan peserta didik. Dasar seorang anak dan keadaan memiliki hubungan konvergensi (saling mempengaruhi). Seorang anak lahir dengan kodrat alam ( kemampuan, bakat, potensi, keadaan) yang berbeda-beda. Mereka kemudian bertumbuh dan berproses sesuai dengan jamannya. Maka dalam mendidik, pendidik perlu mengetahui kodrat alam masing-masing anak agar dapat mendidik dengan maksimal. Selanjutnya pendidik mengenalkan, menyesuaikan dan merancang pendidikan sesuai dengan jamannya, sehingga pendidikan tersebut bersifat luwes dan dinamis. Jika dikaitkan dengan mengajar dan memberi tugas perlu memperhatikan kebutuhan, minat, dan potensi masing-masing anak.



Pendidikan hanya menuntun tumbuh kembangnya anak dan tidak mengubah kodrat, hanya memperbaiki lakunya dan memaksimalkan.  Anak yang tidak baik dasarnya menjadi baik budi pekertinya melalui pendidikan.

  1. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

    1. Merubah cara berpikir saya untuk maju dan terbuka terhadap pemahaman baru terutama tentang Filosofi Ki Hadjar Dewantara

    2. Tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya anak yang tidak hanya kompeten dari segi akademis, tapi juga berbudi pekerti yang baik. Saya akan mengimbangi antara nasehat dan teladan dalam perbuatan. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya bagaimana caranya agar saya bisa konsistensi 

    3. Kodrat alam: rutin melakukan diagnostik pribadi anak untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan peserta didik sebelum mengajar.

    4. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan: Karena kodrat anak adalah bermain maka bisa menggunakan berbagai metode belajar sambil bermain. Saya juga akan lebih bervariatif dalam melaksanakan assesmen.

    5. Pembelajaran bermakna: Bukan hanya belajar soal ilmu, anak-anak diajarkan lebih lanjut tetang suatu materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan perkembangan jaman saat ini.

    6. Berhamba pada anak: pemberian tugas disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak atau gaya belajarnya.

    7. Membuat kesepakatan kelas


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBADAT SABDA UJIAN KELAS 6 (RENUNGAN ROMA 8:18-30)

 Susunan: 1.       Lagu Pembuka 2.       Tanda Salib 3.       Pengantar   Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.   Selamat pagi Bapak dan Ibu Guru, anak-anak yang terkasih beserta orangtua tercinta. Pada hari ini kita bergembira dalam semangat dan cinta kasih Allah sehingga kita dapat bersatu dengan tujuan yang sama yaitu keberhasilan anak-anak kita. Karena itu kita mengungkapkan syukur kita dan juga menyerahkan usaha-doa kita kepada Tuhan melalui ibadat ini. Maka dari itu, kita memeriksa batin kita.   4.       Pemeriksaan batin-Allah yang Maharahim Dengan rendah hati, kita memohon ampun kepada Tuhan sebelum kita melanjutkan ibadat kita. Allah yang Maharahim.....  5.     Doa pembuka Marilah berdoa: Allah Tritunggal, Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kami menghaturkan syukur yang tidak terhingga, Engkau memberkati kami sehingga kami dapat berkumpul bersama. Engkau juga telah memberikan kesempatan bagi anak-anak, orangtua dan Bapak Ibu Guru untuk bersama mendoa

SALAM JUMPA

Salam jumpa untuk semua Apa kabar engkau di sana Kuharap engkau baik-baik saja Aku kamu kita semua Salam jumpa untuk semua Mari kita bersukaria Dalam acara temu OMK Bergembira bersama-sama   Reff :       Kita di sini tuk berbagi cinta Membuka hati tuk semua Bergandengan tangan sambil bergoyang Kita rayakan kebersamaan ini dalam Tuhan Kita di sini tuk berbagi cinta Membuka hati tuk semua Bergandengan tangan sambil bergoyang 1 2 3 kita kumpul semua oke